TANGGAMUS, KRAKATAUNEWS – Adinda Pratama (7) Warga Dusun Cukuh Betung, Pekon Sukabanjar, Kecamatan Kotaagung Timur, Tanggamus yang menderita penyakit Cerebral Palsy (CP), saat ini hanya dapat mengerang menahan sakit yang dideritanya di pangkuan sang bunda Aprida Sari (28).
Apalah daya, orang tua Adinda serasa tak mampu lagi untuk berjuang mengobati penyakit yang diderita buah hatinya, yang secara perlahan menggerogoti tubuh itu. Tak lain, karena masalah keterbatasan ekonomi keluarganya.
Saat ini, orang tua Adinda hanya dapat pasrah dengan pengobatan seadanya di RSUD Batin Mangunang Tanggamus. Yakni hanya bergantung dengan BPJS mandiri yang dimilikinya.
Terlebih, saat ini kondisi fisik Adinda sangat memprihatinkan. Layaknya tinggal tulang yang hanya terbungkus kulit saja.
Baca juga:
“Kalau dia seperti ini sepertinya menahan sakit. Sebab dia sudah tidak bisa bicara lagi, jadi rasa apa yang dirasakan kita tidak tahu,” ujar Aprida Sari dengan mimik wajah pasrah terhadap keputusan sang Illahi, saat berbincang dengan krakataunews diruang rawat inap anak RSUD Batin Mangunang, Jumat (26/1/18), lalu.
Manusiawi, orang tua Adinda kini sangat mengharapkan adanya uluran tangan dermawan untuk membantu penyembuhan putri tercintanya itu.
“Kami ingin sekali dapat bantuan, sebab selama ini juga BPJS masih mandiri bayar tiap bulan, kalau bisa dapat BPJS yang gratis. Terus untuk mondar-mandir ke rumah sakit dan menginap di sini juga tidak ada biaya, cuma dibantu dari saudara-saudara,” ujar Aprida diamini suaminya Adi Suryadi.
Mirisnya lagi, ayahanda Adinda, Adi Surya tidak dapat bekerja untuk mengais rizky demi kesembuhan anaknya. Sebab kesehariannya hanya membantu menjaga anak mereka. Belum lagi jika harus rawat inap di rumah sakit maka harus menjaganya penuh.
“Jadi kami sudah tidak punya apa-apa lagi, bapaknya juga tidak bisa pergi kerja,” terang Aprida.
Ia mengaku selama ini mereka rutin tiap bulan membawa Adinda ke RSUD Batin Mangunang, Kota Agung. Lantas menginap untuk perawatan biasanya satu bulan di rumah sakit.
“Ini sebenarnya baru di rumah satu bulan, sekarang sudah ke sini lagi, di sini sekarang sudah seminggu,” ujar Aprida.
Di usianya yang masih anak-anak, Adinda menderita penyakit CP (cerebral palsy) atau penyakit gangguan saraf, ditambah epilepsi, paru-paru, dan tipes. Dia sudah menderita berbagai penyakit tersebut sejak usia dua tahun. Saat itu keluarga kecil ini tinggal di Cengkareng karena ayah Adinda bekerja di perusahaan air mineral.
Lantas tanpa sebab pasti, dugaanya Adinda sakit lalu terjatuh dan kepalanya terbentur. Mulai saat itu kaki kanannya tidak bisa bergerak. Kemudian merembet ke penyakit lainnya, hingga kini matanyapun tidak lagi merespon.
“Dulu waktu umur dua tahun sehat bisa bicara normal, terus sejak sakit pertama akhirnya makin lama penyakitnya bertambah sampai sekarang kena tipes,” kata Aprida.
Ia mengaku, selama tinggal di Cengkareng, sudah keluar masuk rumah sakit. Sampai pernah ke RS Cipto Mangunkusumo. Di sanalah diketahui pengakit CP, hingga sakit paru-paru karena ada lendir di dalamnya. Semakin lama kondisi bocah berkulit putih ini makin drop, hingga akhirnya memutuskan pulang ke kampung halaman.
“Di sini juga sama saja, bolak-balik ke rumah sakit, minimal untuk ganti selang sebab dia sudah tidak bisa makan, cuma minum susu saja lewat selang,” terang Aprida.
Selama perawatan di RS Cipto Mangunkusumo dan pernah juga di RSUD Abdoel Moeloek, Adinda mendapatkan terapi penyinaran, ditambah obat pengurang rasa sakit. Sebab untuk obat penyembuh CP sampai saat ini belum ada.
Menurut Laira, perawat di RSUD Batin Mangunang, Kota Agung, Adinda memang sudah biasa dirawat. Jika ditempat ini hanya mampu hilangkan kejang dan panas, selebihnya harus rujuk.
“Kalau dirujuk keluarganya menolak sebab tidak miliki biaya hidup untuk penjagaan. Jadi selain butuh medis untuk pasien, keluarganya juga butuh dana untuk biaya merawat,” ujarnya. (afta/red)