TANGGAMUS, KRAKATAUNEWS – Keluarga Sriyono masih berat menerima musibah harus kehilangan Danang Dana Pala, terlebih sampai hari kedua pencarian remaja berusia 16 tahun itu belum membuahkan hasil.
Bagi keluarga, Danang termasuk anak tumpuan, karena rajin membantu pekerjaan rumah. Kemudian jika ada keperluan keluarga, remaja itulah yang sering dimintai bantuan.
“Kalau tentang perasaan pastinya berat, apalagi Danang itu anak penurut, tidak macam-macam, pikirannya juga dewasa, melebihi pikiran saya yang sudah dewasa,” ujar Prayit, paman korban, Senin (13/11/2017).
Hal yang rutin dilakukan Danang adalah mencari rumput untuk delapan ekor kambing yang merupakan ternak gadu (patungan). Danang mencari rumput di pagi hari, sedangkan siang bersekolah di SMK Maarif, Semaka, kelas X. Dari sekolah itu Danang mengenal teman-teman lainnya yang saat kejadian bersama mereka.
“Anaknya supel, bisa bergaul sama siapa saja, itu juga yang membuat Danang selalu didatangi teman-temannya sebab enak diajak berkawan,” ujar Prayit.
Ia meyakini, perginya Danang ke Pringsewu mungkin juga karena teman-temannya, sebab dirinya tidak pernah pergi jauh dari rumahnya yang ada di Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka.
“Dia itu pergi jauh baru kemarin ini, biasanya cuma main di sekitar rumah, justru teman-temannya yang sering ke rumah, seringnya main karambol atau ngobrol-ngobrol,” jelas Prayit.
Keluarga meyakini, karena Danang tidak pernah pergi jauh, maka meninggalkan surat sebagai pemberitahuan dirinya pergi ke Pringsewu dan akan pulang pada Minggu siang. Isi surat menggunakan bahasa Jawa, isinya “Wo aku dolan nang pringsewu minggu awan balek”, artinya Nenek saya main ke Pringsewu Minggu siang pulang. Maksudnya memberi tahu neneknya, jika dirinya ke Pringsewu dan pulang keesokan hari.
Di rumah, sederhana berwarna biru dan kuning itu memang nenek Danang ada, bahkan bersama keluarga Sriyono. Sedangkan ibu Danang bekerja di Bandar Lampung. Selain itu ada juga kakaknya Danang. Danang adalah anak kedua sekaligus bungsu dari pasangan Sriyono dan Suratih.
”Sebenarnya seminggu sebelum kejadian ini, Danang sudah sering ngelantur omongannya, seperti ingin ketemu ibunya di Bandar Lampung sampai menceritakan segala macam tentang sungai Semaka, dari hewan, hal gaib, sampai harus sopan saat melintasi sungai Semaka. Tapi kami tidak tahu maksudnya, dan setelah ini terjadi baru kami sadar kalau itu seperti pertanda,” terang Prayit.
Untuk itu pihak keluarga masih belum menyangka peristiwa tersebut terjadi pada mereka. Meskipun iklas namun berat jika kepergian Danang harus dengan cara seperti itu.
Terlebih keluarga juga kecewa karena jembatan Pekon Banjar Negoro, Kecamatan Wonosobo-Pekon Kanoman, Kec Semaka kini diperbaiki seadanya oleh warga. Padahal kepolisian belum melepas garis polisi yang dikhawatirkan bakal ada korban seperti Danang.
”Sekarang ini kami masih terus mencari Danang dengan berbagai cara, dari ke lokasi dan berdoa. Warga di sini juga sebagian besar secara iklaa membantu ikut mencari. Jadi kami sangat berharap Danang bisa ditemukan,” pungkas Prayit. (Afta/red).