LAMPUNG SELATAN, KRAKATAUNEWS – Pekerjaan Rumah (PR) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Selatan (Lamsel) dalam membantu masyarakat miskin sepertinya tengah pasif.
Pasalnya, info yang didapat dan sempat viral difacebook milik rekan pers, pada Rabu (21/3/18), terlihat ketika menjumpai warga yang tinggal di Dusun Ranji, Desa Baru Ranji, Kecamatan Merbau Mataram, Lamsel yang hidup memprihatinkan.

Miris, demikian kata yang tepat menggambarkan kehidupan seorang kakek bernama Latif (78) yang hidup berdua dengan anak perempuannya di RT 05 Dusun Ranji, Desa Baru Ranji.
Rumah yang mereka tinggali, bak gubuk reot yang jauh dari kata layak. Kala musim hujan, meski rumah mereka beratapkan genteng, namun tak kuasa menampung derunya air hujan. Sehingga, rintikan air masih menggenangi lantai rumah mereka ini.
Baca juga:
Terlebih, lantai rumahnya masih tanah murni. Sehingga, selain adanya genangan air akibat atap bocor, resapan air dari bawah juga naik kepermukaan lantai rumah kakek Latif.

Pun, dinding yang terbuat dari anyaman bambu juga tidak rapat melindungi keluarga kakek Latif dari dinginnya angin malam. Sehingga, kondisi badan keluarga kakek Latif sering demam.
Ironisnya lagi, kakek Latif saat ini penglihatannya sudah tidak jelas. Bahkan, saat dijumpai kaket usia lanjut ini tengah demam tinggi.
Kakek Latif kesehariannya hanya ditemani anak perempuannya yang juga menderita tuna wicara. Mereka hanya hidup dari kiriman anak lelakinya yang bekerja sebagai buruh pabrik di Bandar Lampung dengan gaji yang tak seberapa.
Setiap harinya, mereka hanya mengandalkan uang hasil kerja anak laki-laki kakek Latif. Lantaran menyadari gaji anaknya itu tidaklah besar, setiap hari kakek Latif berhemat. Yakni, uang sebesar Rp. 10 ribu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kakek Latif dan anak perempuannya untuk hidup.
Meski kondisinya tak sehat, kakek Latif enggan berobat. Sebab, dirinya takut biaya pengobatan yang mahal.
Saat krakataunews.com menyunggung soal adanya program bantuan pemerintah, Kakek Latif mengaku tak satupun program itu menyentuhnya.
Dirinya hanya sebatas mendengar cerita dari para tetangga. Adanya, BPJS, KIS, PKH dan yang lainnya tersebut tak ada satupun yang dirasakan kakek Latif dan anaknya. Sungguh sangat tak adil baginya.
“Sampai dengan hari ini, saya belun pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah Desa, Kecamatan ataupun Pemerintah Daerah,” ujarnya dengan nada rendah dan merunduk sedih menggambarkan ratapan hidupnya yang sangat kekurangan.
Kakek Latif juga tak mengingkari, dirinya mendapatkan bantuan Beras Sejahtera (Rastra) sebanyak 3 Kilogram setiap bulan. Itulah yang membantu pangan keluarga Latif.
Hendak menangis, dengan nada tersedu-sedu kakek Latif terus menceritakan apa yang ia alami dan rasakan dihari itu.
“Rasa badan saya sakit semua, panas tinggi, gak keruan rasanya.mau berobat gak punya biaya, rasa ingin menangis kalau saya ga malu dengan umur,” katnya hampir menangis.
Ditemui terpisah, Ketua RT 05, Dusun Ranji, Desa Baru Ranji, Efendi mengungkapkan, selama ini bantuan yang di terima Latif dari Pemerintah Daerah dan Desa baru sebatas beras 3 kiloggram perbulan.
Efendi pernah mengajukan kepada Kepala Desa supaya kakek Latif mendapat bantuan BPJS Kesehatan, namun hingga kini belum juga diterimanya.
“Saya pernah sampaikan kepada Pak Kades, supaya kakek Latif dapat bantuan BPJS Kesehatan, tapi kata pak Kades yang tahap pertama ini belun dapat, mungkin akan di ajukan di usulan yang akan datang,” terang Efendi.
Sayangnya, hingga tulisan ini ditayangkan, krakataumews.com belum berhasil mengkonfirmasi Kepala Desa Baru Ranji, Erwin. (rls/red).